Aku Membaca, Maka Aku Mencintai Seorang Wanita
Saya baru mengenal buku dan rajin membaca buku ketika saya duduk di bangku SMA. Jika saya ceritakan awal mula mengapa saya memutuskan untuk rajin membaca, akan terdengar lucu. Saya rajin membaca buku karena saat itu saya jatuh cinta kepada perempuan yang sedang membaca Ayat-ayat Api karya Sapardi Djoko Damono di ruang kelas. Mata saya berbinar-binar setelah melihat dia. Dari wajahnya, terpancar sinar sastrawi yang berkilauan. Saya yakin, pada suatu masa, ia akan menjadi sastrawan jempolan.
Semenjak itu, saya berhasrat untuk mengetahui siapa itu Sapardi Djoko Damono dan apa yang hendak dibicarakan Sapardi dalam Ayat-ayat Api. Apa tujuannya? Tujuannya agar saya bisa mendekatinya dan memulai percakapan dengan kalimat “Aku suka puisi Sapardi yang berjudul Dongeng Marsinah. Bagaimana denganmu? Apa puisi favoritmu dalam kumpulan puisi Ayat-ayat Api?” Menyenangkan, bukan?
Tentu saja saya tidak berani memulai percakapan dengannya. Saya malu. Tetapi itu tidak jadi masalah bagi saya. Saya tetap telaten mencari karya-karya Sapardi dan karya-karya sastra lainnya untuk saya baca. Selama satu tahun, saya membaca sastra dan mengacuhkan matematika, fisika, biologi, kimia, dan cabang ilmu wajib lainnya. Sastra lebih menarik ketimbang kimia. Anga-angka yang menghiasi buku ajar fisika membuat saya mual. Maka, untuk menghilangkan rasa mual yang bergejolak di dalam perut, saya berbondong-bondong ke toko buku untuk mencari “obat” berupa karya sastra.
Satu tahun berlalu. Sudah banyak karya sastra yang sudah saya baca. Saya pikir, inilah saatnya untuk datang kepada wanita itu dan mulai mengobrol perihal sastra. Dengan bekal yang saya punya, saya datang kepadanya dan memulai percakapan. Ia menyambut saya dengan hangat. Ternyata, ia tidak merasa jijik kepada saya. Saya duduk di sebelahnya dan melontarkan kalimat pembuka seperti ini: “Apakah kamu sudah membaca Perjamuan Khong Guan,” sembari menyodorkan buku tersebut yang berwarna merah menyala.
Baca juga Cinta yang Main-main
Dengan sigap ia menggelengkan kepala. Ia belum pernah mengenal Perjamuan Khong Guan. Saya menjelaskan kepadanya bahwa pengarang Perjamuan Khong Guan telah menciptakan sebuah novel yang melakukan penggambaran terhadap puisi Sapardi yang berjudul Pada Suatu Pagi Hari. Novel setebal 144 halaman itu berhasil menambah keindahan Pada Suatu Pagi Hari. Maka, Pada Suatu Pagi Hari menjelma sebagai puisi yang sangat indah dan tidak tertandingi. Suatu ciptaan manusia yang paling indah.
Saya membeberkan pengarang Perjamuan Khong Guan kepadanya; Joko Pinurbo pengarang itu. Terlihat ia begitu tertarik dengan buku kumpulan puisi itu yang berjudul unik tersebut. Selain itu, ia juga mengatakan bahwa ia suka dengan ilustrasi sampul buku tersebut. Pada sampul tersebut menampilkan satu keluarga sedang berkumpul di meja makan. Terlihat kejanggalan di dalam ilustrasi tersebut. Pasalnya, pada ilustrasi tersebut, sosok ayah tidak “hadir” dalam perjamuan makan tersebut. Hanya ada ibu dan kedua anak. Lalu, ada di mana ayah? Ternyata, ayah sedang bersembunyi di balik sampul buku tersebut. Ia menyendiri. Ditemani warna hitam yang pekat.
Ia terbahak-bahak setelah melihat buku itu. Saya ikut bahagia. Tanpa berpikir panjang, ia memasukan buku itu ke dalam tasnya. Ia hendak membacanya nanti di kamarnya. Saya bilang kepadanya untuk menjaga buku itu baik-baik karena saya telah jatuh cinta kepada buku itu. Ia mengangguk dan bersalaman denganku. Saat itu, hati saya berbunga-bunga. Saya optimis, pada suatu pagi hari nanti, ia akan datang kepadaku dan berkata kepadaku bahwa ia bersedia menjadi pasanganku. Aku sangat menantikan momen indah itu.
Baca juga Dalam Kamar Mandi yang Sama
Ya, pada akhirnya saya tidak berhasil membujuk dia untuk menjadi pacar saya. Ia lebih memilih laki-laki lain. Tidak masalah. Saya mengambil hikmahnya saja. Karena dia, saya rajin membaca buku. Karena dia, saya menjadi pembaca buku yang rakus. Karena dia, saya berhasil membuat tumpukan-tumpukan buku di kamar indekos saya. Rasanya indah melihat tumpukan-tumpukan buku. Seperti melihat sosoknya yang cantik. Saya sangat berterimakasih kepadanya. Semoga dia diberikan pahala yang besar oleh Tuhan.