Opini

Wacana Tiga periode ‘’ Redup tapi tidak Mati ’’

Menjelang hajat ‘tahun politik’ panggung politik semakin menarik untuk diikuti, dinamikanya begitu seksi, banyak pra kondisi yang ujungnya bermuara ke 2024. Secara sederhana memang tidak ada korelasinya antara tragedi Joshua atau Sambo dengan Pemilu 2024, tapi peran besar kepolisian untuk menyukseskan Pemilu 2024 tentu saja terganggu. Bagaimana tidak, Pemilu Serentak 2024 membutuhkan aparat keamanan yang kuat dan solid, karena hajat yang besar dengan banyak daerah yang melakukan pilkada bareng, baik kabupaten kota maupun provinsi, sehingga konsentrasi ‘’pemilik’ teritorial akan fokus di satu tempat dan akan mengalami kesulitan ketika harus mem-back up satu wilayah lain yang mengalami konflik. Kondisi ini ‘diperparah’ dengan berita yang tidak pernah padam tentang kasus Sambo yang menyita energi dan soliditas. Ini tentu agenda mendasar tersendiri di internal kepolisian.

Belum mati berita ‘Sambo’, publik juga di kejutkan dengan kenaikan BBM yang fantastis, apapun dalil pendukungnya tetap kenaikan BBM sangat berpengaruh besar pada kepuasaan publik, khususnya ekonomi bawah yang mulai terdampak. Walaupun diiringi dengan kebijakan bantuan BLT atau istilahnya biaya tutup mulut, tapi gerakan gerakan penolakan terus berlangsung walaupun sepi dari pemberitaan bahkan di beberapa tempat penolakan juga di lakukan secara masiv oleh partai politik. Kenaikan BBM ini menjadi bola salju yang terus bergulir.

Semua keriuhan tersebut bermuara dan akan mempengaruhi roda dinamika masyarakat jelang hajat besar tahun 2024. Manuver manuver elite politik sudah terang benderang, semua ketua partai sudah melakukan manuvernya bahkan tidak sedikit yang memperolamasikan diri sebagai calon presiden, juga para kepala daerah yang masa jabatannya sudah habis, seperti Gubernur DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Terlepas dari semua hiruk pikuk panggung politik, wacana presiden 3 periode ternyata tidak benar benar mati, tapi hanya redup. Dan ini tetap misteri, karena bagaimana pun juga incumbent memilik modal segalanya jaringan, dana, perangkat dan kendaraan politik, tentu saja semua peserta pilpres akan sangat berharap mendapat dukungan incumbent, kalau incumbentnya berubah pikiran dan atas nama rakyat maju , tentu saja polarisasi akan berubah, peta berubah.

Sebagai catatan bahwa awalnya yang muncul adalah wacana perpanjangan masa jabatan presiden, setelah wacana ini mereda,muncul isu baru terkait pencalonan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi wakil presiden pada 2024. Wacana tersebut salah satunya diembuskan oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P Bambang Wuryanto atau akrab disapa Bambang Pacul. Bambang mengatakan, secara aturan, Jokowi diizinkan jika ingin maju sebagai calon wakil presiden. Banyak tokoh merspons serius isu ini, dan Presiden sudah mengkalrifikasi agar isu tersebut disudahi.

Tapi panggung politik itu dinamis, tidak pernah sepi, apalagi mati. Wacana amandemen untuk menggolkan 3 periode masih ada celah, karena menyangkut semua pemangku kepentingan alias siapa yang  diuntungkan, kini muncul isu Jokowi akan diusung sebagai cawapres di 2024. Secara politis siapa pengusungnya belum tampak, siapa calon presidennya belum deklarasi, dan secara hukum mungkin tidak melanggar ketika mantan presiden menjadi wapres, alias sah sah saja.

Bila itu terjadi tentu saja akan menjadi lawan yang berat bagi kandidat lain, dan semuanya mungkin bisa diselesaikan berdasarkan pengalaman Pemilu 2019 yang lalu. Namun demikian ada catatan yang perlu digaris bawahi, berandai andai, seandainya itu terjadi, dan pasangan jokowi sebagai wapres memenangkan pertarungan, lalu dalam perjalananya presiden terpilih berhalangan hadir, tentu saja secara otomatis Jokowi akan kembali naik menjadi presiden, pertanyaanya apakah ini disebut 3 periode, atau presiden sambung, entahlah. (*)

Leave a Reply

Check Also
Close
Back to top button
Home
Search
Daftar
Laporkan
Stats