Banten

Warga Kasemen Terdampak Proyek Normalisasi Sungai Cibanten ; “Pasrah, Rakyat Kecil Susah Ngelawan Pemerintah mah”

BANTEN – Aktivitas alat berat tampak di lokasi proyek normalisasi aliran Sungai Cibanten di sekitar Jembatan Karang, Kecamatan Kasemen, Kota Serang . Proyek yang dimulai pasca banjir Maret 2021 silam itu, mulai masuk daerah bantaran sungai yang dipakai sejumlah warga sebagai permukiman.

Jembatan Karang dapat dengan mudah ditemui dan pasti dilintasi oleh mereka yang hendak datang ke Kawasan Banten Lama. Di bawah jembatan adalah aliran Sungai CIbanten yang proses normalisasinya kita sedang berlangsung.

normalisasi sungai cibanten
Deratan sumah tinggal warga di atas bantaran Sungai Cibanten.

Berjarak beberapa meter dari jembatan, tampak berjejer permukiman warga persis di tas bantaran Sungai Cibanten. Tampak Imron (43 tahun). seorang nelayan berdiri di halaman rumahnya berkaus putih dan celana pendek.

Imron mengaku beserta keluarganya sudah berpuluh  tahun tinggal di bantaran Sungai Cibanten. Permukiman RT 05/RW 09 Kelurahan Karang Serang, Kecamatan Kasemen-Kota Serang merupakan tanah kelahirannya puluhan tahun lalu.

“Katanya kena (normalisasi) separo, cuma pertengahan dari belakang sampai tengah rumah,” ungkap Imron sambil menunjuk rumahnya yang berdekatan dengan Sungai Cibanten, Jumat, (22/9/2023).

LIhat juga Pedagang Stadion Maulana Yusuf Kota Serang Unjuk Rasa, Minta Parkir Berbayar Dihentikan

Imron merupakan generasi keempat semenjak kakek buyutnya yang sudah tinggal di bantaran Sungai Cibanten. Imron menceritakan, dahulu kala kakeknya membangun rumah semasa bantaran Sungai Cibanten masih hutan belantara tak berpenghuni, hingga pada akhirnya puluhan rumah semi permanen dan permanen berdiri meski di bawah bayang-bayang bahaya banjir.

“Ya pasrah aja kalau mau di normalisasi atau relokasi. Namanya rakyat kecil susah mau ngelawan sama pemerintah mah,” ucap Imron sembari melihat rumahnya yang mungkin saja besok atau lusa akan dibongkar untuk normalisasi Sungai Cibanten.

Meskipun rumahnya berdiri tepat di bantaran sungai, Imron berharap pemerintah memikirkan lokasi kemana dirinya harus tinggal. Imron yang sehari-hari berprofesi sebagai nelayan khawatir tidak bisa mendapatkan tempat tinggal apabila tidak diberikan tempat tinggal oleh pemerintah baik kota maupun provinsi.

“Harus dipikirin dampak buat kitanya juga, iya aja kalo orang punya mah enak, kalau kita digusur pindah kemana. Jangankan  buat beli lahan, buat makan sehari-hari aja kita kelabakan,” katanya lesu.

Sungai Cibanten juga menjadi pemisah antara Kelurahan Banten dan Kelurahan Kasunyatan yang sama-sama berada di Kecamatan Kasemen-Kota Serang.

Warga lainnya, Siti Nuraini (69 tahun) yang saat ditemui tengah duduk di teras rumahnya mengatakan, semenjak dilahirkan sudah tinggal di bantaran Sungai Cibanten. Sekarang, wanita paruh baya ini mengaku ber-KTP Kelurahan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen-Kota Serang yang lokasinya bersebrangan dengan kampung Karang Serang terhalang aliaran Sungai Cibanten.

“Katanya mau digusur kampungnya biar nggak kebanjiran lagi. Tapi kalau digusur kita mau pindah kemana, kita udah dari kecil disini sudah puluhan tahun,” tutur Nuraini.

Karena itu, Nuraini kebingungan ketika diterpa isu akan digusur sebab tidak tahu harus pindah kemana dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan.

“Kalau tanahnya memang disini tanah irigasi. Tapi kan kalau digusur kami mengaharapkan adanya tempat tinggal masa kita mau telantar,” jelasnya.

Nuariani mengaku terpaksa  harus tinggal di bantaran sungai lantaran sudah sejak kecil dilahirkan dan tidak tahu harus pindah kemana, karena kondisi perekonomian yang lemah. Satu-satunya harapan adalah berharap kepada pemerintah yang bisa memberikan solusi terbaik untuk tempatnya tinggal jika memang terjadi penggusuran. (ukt)

 

Leave a Reply

Back to top button
Home
Search
Daftar
Laporkan
Stats